Hantu dari Mengzi

Meng Ke (孟軻), yang di kemudian hari dikenal sebagai Mengzi (Guru Meng) atau dalam vokabuler Latin disebut Mencius, adalah orang bijak kedua (second sage) dalam tradisi Konfusian. Salah satu ajaran filsuf yang hidup di abad ke-4 SM itu adalah mengenai tata kelola pemerintahan dan negara, sebuah filsafat politik.

Dikatakannya bahwa negara ada semata-mata ditujukan untuk menciptakan suatu kondisi yang memberi peluang bagi seluruh rakyat mengembangkan segala kebaikan yang telah tertanam dalam diri mereka. Perlu diingat bahwa Mengzi memiliki pandangan fundamental atau asumsi dasar bahwa semua manusia dalam dirinya adalah baik. Kebaikan adalah bawaan. Tugas penguasa yang telah diberi mandat adalah menciptakan kondisi agar manifestasi segala kebaikan itu dimungkinkan. Bagaimana caranya? Sebuah tata kelola pemerintahan atau kekuasaan yang melindungi, menyejahterakan secara sosial ekonomi, dan menyediakan pendidikan bagi rakyatnya agar kebaikan yang telah dibawanya itu dapat terwujud. Apa artinya? Perlu suatu “rén zhèng”, pemerintah yang manusiawi, suatu “benevolent government” yang tak tergoda oleh segala penyimpangan, korupsi, kejam, dst. Sebab, bagi Mengzi, pemerintah atau penguasa yang telah diberi mandat adalah ekstensi atau perpanjangan dari rakyatnya, dari segala kebaikan yang merupakan bawaan dalam diri rakyat itu. Artinya, rakyat adalah elemen yang paling utama (most) dari sebuah negara, sementara penguasa atau pemerintah adalah elemen paling akhir (least).

Sampai di sini, politik Mencian ini terasa naif bukan? Namun ada yang menarik. Bagaimana jika pemerintah atau penguasa yang telah diberi mandat itu gagal menciptakan kondisi bagi peluang manifestasi kebaikan dalam diri rakyatnya. Artinya, bagaimana jika penguasa gagal melindungi, memberi pendidikan, menyejahterakan sosial ekonomi rakyatnya? Penguasa menjadi tiranik, korupsi, dan segala macam penyelewengan lain, dan tak lagi dianggap “benevolent”? Mengzi mengatakan, rakyat berhak untuk memberontak (right to revolt). Pandangan Mengzi semacam ini, selalu menghantui para penguasa dari dinasti ke dinasti, sampai penguasa politik kontemporer di Cino saat ini.

1 comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Total
0
Share
error: Content is protected !!