Defisit inovasi

Pengguna media sosial maupun para penyiniar (podcaster) di negeri ini banyak yang getol bicara soal sains, teknologi, berpikir ilmiah, blah blah blah, but…tapi di negeri ini tak ada satu pun wilayah yang termasuk ke dalam “World’s Top 100 Innovation Clusters”, menurut laporan WIPO (World Intellectual Property Organization) pada Mei 2025 silam. Tak ada wilayah yang menjadi gugus inovasi di negeri ini. Defisit inovasi, tak ada penemuan, miskin paten, yang bernilai ekonomi. Sementara negeri tetangga, Malaysia menyumbang dua gugus, yakni gugus Kuala Lumpur dan gugus berbagi Malaysia-Singapura. Bahkan Mesir (Kairo) dan Iran (Teheran) masuk dalam daftar 100 besar.

Sepuluh peringkat teratas, secara berurutan, adalah wilayah Shenzhen-Hongkong-Guangzhou yang menjadi klaster peringkat teratas, disusul gugus Tokyo-Yokohama, San Jose-San Fransisco, Beijing, Seoul, Shanghai-Suzhou, New York City, London, Boston-Cambridge, dan Los Angeles.

Kita berharap di tahun-tahun berikutnya —di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo dan Wapres terbaik sepanjang “maksa”, Bapak Gibran yang hobi omong soal AI, inovasi, dan hilirisasi— beberapa kota di negeri ini dapat masuk ke dalam “innovation cluster” (produktif dalam publikasi saintifik, kreatif dalam pengembangan terapan, serta memiliki kontribusi nilai ekonomi). Dan tentu saja dapat bersaing dengan wilayah atau kota lain di dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Total
0
Share
error: Content is protected !!