Garuda Wisnu Kencana (GWK) berdiri megah jadi ikon pariwisata dunia. Tapi yang sering luput: GWK bukan aset Pemprov Bali, melainkan dikelola swasta oleh PT Garuda Adi Mantra / Alam Sutera Realty Group. Jadi, hasil finansialnya bukan masuk ke kas daerah, melainkan ke perusahaan. Bali hanya kecipratan lewat pajak dan retribusi pariwisata.
📑 Dampak paling nyata justru dirasakan warga Jimbaran. Jalan lingkar timur GWK yang selama ini dipakai ratusan warga sempat ditutup tembok. Akibatnya, akses sehari-hari warga jadi terisolasi. Padahal menurut surat resmi Dinas PUPR Badung (12 Juni 2024), jalan itu sudah ditetapkan sebagai jalan kabupaten (K1), hasil hibah dari pihak GWK ke Pemkab. Kasus ini menegaskan: Bali memang punya GWK di wilayahnya, tapi yang pertama kena getah justru masyarakat lokal. (Sumber: Surat PUPR Badung, 12 Juni 2024; Pos Bali, 2025).
Semoga pemerintah daerah benar-benar berani tegak membela hak rakyatnya. Karena pariwisata boleh jadi kebanggaan, tapi jangan sampai masyarakat lokal hanya dapat “kecipratan dampak”, bukan manfaat.
Sejarah GWK: Dari Gagasan Seniman Bali Hingga Jadi Ikon Nasional
- Gagasan Awal
Ide pembangunan patung raksasa Garuda Wisnu Kencana lahir dari I Nyoman Nuarta, seniman asal Bali (kelahiran Tabanan, 1951) yang juga dikenal sebagai pematung nasional.
Tahun 1990-an, ia bermimpi menghadirkan karya maha besar: patung Dewa Wisnu menunggang Garuda, sebagai simbol penjaga alam semesta sekaligus ikon budaya Bali.
- Yayasan GWK
Untuk mewujudkan mimpinya, Nyoman Nuarta bersama sejumlah tokoh mendirikan Yayasan Garuda Wisnu Kencana di awal 1990-an.
Lokasi dipilih di bukit kapur Ungasan, Jimbaran (Badung Selatan) dengan luas sekitar 60 hektare.
Patung dirancang setinggi 121 meter, menjadikannya salah satu patung tertinggi di dunia.
- Kendala Finansial
Pembangunan GWK menghadapi banyak hambatan, terutama soal pendanaan.
Krisis ekonomi 1998 membuat proyek mangkrak cukup lama. Banyak yang skeptis, patung GWK dianggap proyek terlalu ambisius.
- Masuknya Swasta
Tahun 2013, proyek GWK resmi diambil alih oleh PT Alam Sutera Realty Tbk (melalui anak perusahaan PT Garuda Adi Mantra Indonesia).
Perusahaan properti ini punya modal besar untuk melanjutkan megaproyek yang sempat tertunda puluhan tahun.
- Rampung & Diresmikan
Setelah bertahun-tahun, GWK akhirnya rampung dan diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada 22 September 2018.
Kini GWK jadi destinasi wisata budaya, sekaligus ikon baru Bali yang dikenal dunia.
📌 Catatan Penting:
Walau lahir dari gagasan putra Bali (I Nyoman Nuarta), secara kepemilikan sekarang GWK dikelola swasta.
Bali dapat manfaat lewat pariwisata & pajak, tapi kontrol penuh ada di perusahaan pengelola, bukan Pemprov Bali