Pada tanggal 21 Oktober 1987, dunia kedokteran Indonesia mencatat sejarah penting dengan keberhasilan operasi pemisahan kembar siam pertama di Indonesia. Operasi ini dipimpin oleh Prof. Dr. R.M. Padmosantjojo, SpBS (K), seorang ahli bedah saraf yang dikenal dengan ketelitiannya dan keberaniannya dalam mengambil risiko.
Yuliana dan Yuliani, bayi kembar siam yang lahir di Tanjungpinang, Riau, mengalami kondisi kraniopagus, yaitu dempet di bagian kepala. Kondisi ini sangat langka dan menantang, sehingga memerlukan penanganan khusus.
Keluarga mereka yang kurang mampu tidak memiliki akses ke perawatan medis yang memadai, namun keberanian dan dedikasi Dr. Padmo mengubah nasib mereka.
Setelah operasi, Yuliana dan Yuliani sempat mengalami beberapa komplikasi, termasuk cedera pada kepala dan infeksi. Namun, dengan perawatan lanjutan dari Dr. Padmo, mereka berhasil pulih dan kini menjalani kehidupan yang lebih baik. Mereka tinggal bersama orang tua mereka yang kini memiliki kehidupan lebih stabil berkat bantuan dari para sponsor dan Departemen Sosial.

Kisah kemanusiaan Dokter Padmo tidak berhenti sampai disitu. Beliau juga diketahui tidak menarik biaya sepeserpun kepada pasiennya, bahkan rela mengeluarkan biaya pribadi untuk kebutuhan operasi. Dedikasinya yang tinggi terhadap profesi dan kemanusiaan membuat sosoknya semakin dikagumi.
Orangtua dari kedua bayi kembar ini bukanlah orang yang berada, ayahnya bekerja sebagai tukang dan buruh.
Kedua bayi ini dibawa ke RSCM Jakarta. Prof. Padmo seorang ahli bedah saraf, memutuskan untuk operasi kembar siam ini dengan sekitar 40 dokter. Operasi tersebut dikenal sebagai salah satu operasi paling rumit dalam sejarah kedokteran Indonesia.
“Bagi Padmo, Yuliana dan Yuliani adalah karya puncaknya sebagai dokter bedah saraf. ‘Aku tak ingin karyaku rusak. Aku harus openi (merawat),’ katanya. Sudah terlalu banyak energi dan biaya pribadinya yang dipertaruhkan dalam ‘proyek’ mahal ini,” tambahnya.
Operasi itu sukses, dunia, CNN, BBC dll meliput, karena dengan peralatan yg kata beliau termasuk “primitif” dapt terlaksana dgn sukses!
Bayi yang masih sangat kecil karena menurut beliau harus dilakukan sebelum umur bayi , 6 bulan. Keduanya sehat setelahnya, disaksikan mata dunia. Indonesia berhasil!
Para dokter, dari seluruh dunia, termasuk dari clinic Mayo di AS yg sangat terkenal itu menyurati beliau seakan tidak percaya, dan bahkan kemudian banyak dokter dari seluruh dunia, datang sendiri mengunjungi karena ingin melihat hasil operasi tersebut karena tidak percaya.
Prof. Padmo yg menanggung seluruh biaya selama keluarga tersebut di Jakarta, termasuk penginapan untuk orang tua bayi ini dan juga memperhatikan kebutuhan nutrisi kedua bayi.

Dokter Padmo merasa bertanggungjawab untuk mengurus kedua anak tersebut setelah berhasil menyelamatkannya.
Orangtua dari bayi kembar bukanlah org mampu.
Bagi Prof Padmo, Yuliana dan Yuliani adalah karya puncaknya sebagai dokter bedah saraf. ‘Aku tak ingin karyaku rusak. Aku harus openi (merawat),’ katanya. Sudah terlalu banyak energi dan biaya pribadinya yang dipertaruhkan dalam ‘proyek’ mahal ini,” tambahnya.
Oleh karena itu dokter Padmo menyekolahkan dua anak kembar tersebut sampai kuliah dgn biaya darinya. Bahkan anak kembar tersebut memanggil dokter Padmo dengan panggilan ‘Pak De’.
Yuliana kini doktor ilmu nutrisi dan teknologi pakan lulusan IPB Bogor, sementara Yuliani lulus sebagai dokter dengan cum laude (IPK. 4.0) dari fakultas kedokteran Universitas Andalas, Padang