Mengenang Clara Sumarwati, Sang Perempuan Besi dari Yogyakarta

Sebelum nama-nama pendaki gunung beken menghiasi media sosial, ada Clara Sumarwati. Perempuan kelahiran Yogyakarta, 6 Juli 1967 ini adalah pelopor sejati. Dengan kepulan napasnya yang tertahan di ketinggian ekstrem, ia membuktikan bahwa langit bukanlah batas.

Clara bukan sekadar pendaki; ia adalah manifestasi dari kegigihan. Setelah lulus dari Universitas Atmajaya Yogyakarta, petualangannya dimulai. Dari Annapurna IV hingga Aconcagua, ia melatih diri, menyiapkan jiwa-raga untuk tantangan terbesarnya: Everest.

Kegagalan pertama di Everest tidak mematahkan semangatnya, justru membakarnya. Bayangkan, di era tanpa crowdfunding dan minim perhatian media, ia harus mencari sponsor ratusan juta rupiah seorang diri. Ketika semua pintu swasta tertutup, pemerintah akhirnya membuka jalan bagi mimpi nasional ini.

Dan sejarah pun tercipta. Pada 26 September 1996, Indonesia dan Asia Tenggara memiliki ratu baru: Ratu Everest. Clara Sumarwati tidak hanya menaklukkan gunung, tetapi juga menaklukkan keraguan dan batasan yang diberikan oleh zamannya.

Kini, di usia 60 tahun, sang penakluk telah menyelesaikan pendakian terakhirnya. Semoga tanah di Pemakaman Sidikan, Yogyakarta, tempat ia akan dikebumikan Jumat siang nanti, menyambutnya dengan lembut. Selamat jalan, Ibu Clara. Warisanmu jauh lebih kekal dari bebatuan mana pun di Everest.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Total
0
Share
error: Content is protected !!