a planet in space

Larangan Rare Earth

Akhir Agustus 2025, Kementerian Perdagangan AS menutup celah satu kebijakan Presiden Biden. Celah yang dimaksud adalah pemberian ijin secara terbatas kepada perusahaan untuk mengekspor perangkat lunak, produk, dan teknologi bebas lisensi ke pabrik semikonduktor di Cino. Kini, di bawah Trump, celah tersebut ditutup total.

Pada 9 Oktober 2025, AS memberikan sanksi kepada 100 individu, entitas bisnis, kapal, kilang minyak, dan terminal di Cino yang dituduh membantu perdagangan minyak dan petrokimia dari Iran. Dua entitas yang dimaksud adalah Shandong Jincheng Petrochemical di kota Zibo, dan Rizhao Shihua Crude Oil Terminal milik Sinopec di kota Lanshan. Keduanya berlokasi di Provinsi Shandong.

Cino segera merespon dengan memberikan sanksi kepada 14 entitas bisnis yang bermarkas di AS yang berkaitan dengan militer, intelijen, teknologi, dan konsultan. Di antaranya adalah TechInsights (konsultan dan riset teknologi), Dedrone (penyedia teknologi anti-drone), dst. Selain itu Cino juga akan menyelidiki dugaan monopoli oleh Qualcomm (korporasi chip AS).

Namun yang membuat Trump bereaksi keras adalah respon Cino yang melarang ekspor “rare earth” secara menyeluruh. Bukan hanya mineral atau produknya (magnet), melainkan juga upaya mengendalikan peralatan, instrumen, mesin, teknologi yang berkaitan dengan penambangan, pengolahan “rare earth”. Termasuk mengontrol tentang kepada siapa instrumen atau peralatan yang memakai “rare earth” ditujukan. Artinya Cino berupaya mengontrol ekspor industri teknologi peralatan penambangan dan pemrosesan dari Cino serta mengendalikan kekayaan intelektualnya. Kemudian mengontrol entitas bisnis mana atau perusahaan apa yang menjadi konsumen akhir dari instrumen yang memakai “rare earth” asal Cino itu, sekalipun instrumen yang dimaksud diproduksi di luar Cino. Jika konsumen akhirnya adalah militer atau organisasi yang dianggap “teroris” oleh Cino, maka tak akan dikabulkan lisensinya alias dilarang sama sekali. Juga bilamana konsumen akhirnya adalah industri semikonduktor yang memproduksi chip dengan ukuran di bawah 14 nm, atau “advance memory chips, “, instrumen pengujian, peralatan produksi, AI, dst. yang terkait dengan industri militer, maka akan dikaji secara ketat kasus demi kasus. Singkat kata, Cino berusaha mengendalikan rantai pasok “rare earth” secara menyeluruh di dalam dan di luar Cino. Terlihat bahwa sebenarnya Cino cuma menjiplak kebijakan yang selama ini dilakukan AS terhadap Cino atau negara lainnya.

Cino sebelumnya telah melarang ekspor 8 “mineral kritis”, yakni Germanium (Ge), Galium (Ga), Antimoni (Sb), Tellurium (Te), Bismuth (Bi), Indium (In), Tungsten (W), dan Molybdenum (Mo) pada Desember 2024 dan Februari 2025. Kemudian pada April 2025 sebagai respon atas tarif AS yang oleh Trump disebut sebagai “liberation day”, Cino melarang ekspor 7 mineral yang dikategorikan sebagai “rare earth” pada tabel periodik, masing-masing: Samarium (Sm), Gadolinium (Gd), Terbium (Tb), Dysprosium (Dy), Lutetium (Lu), Scandium (Sc), dan Yttrium (Y.). Terakhir, 10 Oktober 2025, bersamaan dengan pengendalian ekspor menyeluruh, Cino menambahkan lagi larangan ekspor 5 mineral “rare earth”, yakni Holmium (Ho), Europium (Eu), Ytterbium (Yb), Thulium (Tm), Erbium (Er). Holmium digunakan untuk laser, reaktor nuklir, pewarna kaca atau keramik. Europium bisa dipakai dalam “memory chip”, pencahayaan (LED), keamanan uang kertas (menyala di bawah sinar UV). Ytterbium dipakai untuk pengeras besi anti karat, jam atom, laser. Thulium dapat digunakan dalam industri peralatan medis (instrumen operasi, sinar X, dst). Dan Erbium dipakai misalnya pada serat optik (sebagai penguat), kacamata pengaman, atau laser untuk menghilangkan tato pada tubuh.

Dari 17 mineral “rare earth” yang terdapat dalam tabel periodik, Cino telah melarang ekspor 12 di antaranya. Hanya lima sisa mineral yang belum dimasukkan ke dalam larangan ekspor.

AS bereaksi untuk menambahkan tarif 100% lagi dari tarif yang berlaku sekarang. Kemarin bursa saham mulai rontok di AS merespon adanya peluang kembalinya eskalasi perang dagang antar kedua negara kenthir itu. Apakah bursa Asia dan Indonesia pekan depan akan mengalami reaksi yang sama? (DJT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Total
0
Share
error: Content is protected !!